Diantara doea sisi
Kadangkala kita seperti kapal yang kehilangan arah diterpa badai
Dan? tak tahu harus kemana.
Ingin meneruskan perjalanan tapi tak mampu.
Ingin kembali tapi mustahil.
Diriku pun sering seperti itu.
Aku tak tahu harus mengadu kemana.
Aku tak tahu harus melakukan apa.
Aku tak bisa mundur.
Namun maju pun terasa berat.
Aku hanya terpaku disini menatap semburat merah mentari yang memudar.
Hatiku tidak ikhlas melepas yang telah nampak di depan.
Semua begitu cepat berlalu.
Hatiku begitu perih.
Diriku begitu penat tak tersisa tenaga.
Namun aku harus tetap berjalan.
Berjalan di sepanjang hidupku yang entah akan bagaimana.
Harapan yang ada semakin surut.
Anai-anai kehidupan terbakar dan hilang terbawa angin.
Tanah lapang yang kuimpikan tak sampai ku disana.
Kuingin kesejukan yang menenangkan hati.
Namun neraka membara telah menanti dengan angkuhnya.
Aku terkesiap.
Tapi aral yang melintang menahanku terjun ke dalamnya.
Aku mendengak ke langit.
Biru menebar menggugah sanubari.
Kutengok masa lalu.
Betapa kuingin mengulangnya kembali.
Batinku berbicara.
Asaku terangkai kembali.
Kini aku tahu apa yang kucari.
Ternyata tanah lapang itu ada di hatiku sendiri.
Dan kini telah kutemukan.
Tapi . . . . . .
Dapatkah kugapai ?
???????????????????????
Hendry Howser Herlambang
Malang, 2 April 1999
---
MENIKMATI HARI-HARI PENANTIAN MENUNGGUMU DISINI---
Halaman depan | Disebuah etalase toko | Kerinduan ini | Inkubasi rasa | Rasa |
Permohonanku Pada-Mu | Nur | Panorama Kehidupan | fana | Andai saja Ibu |